
(SUKODONOterkini)- Gugurnya pejuang syuhada kemerdekaan KH. Nawawi diperingati oleh masyarakat Sidoarjo dan Mojokerto dengan
melakukan napak tilas kemarin, Sabtu (6/11). KH. Nawawi yang gugur di
Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono menjadi tempat
start napak tilas menuju Pondok Pesantren An-Nawawi Kota Mojokerto.
Kegiatan untuk yang keempat kalinya digelar kemarin malam tersebut
diikuti ribuan orang.
Penjabat (PJ) Bupati Sidoarjo Drs. Ec. Jonathan Judianto M.MT serta
Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo H. Sullamul Hadi Nurmawan dan Forum
Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka) hadir dalam kegiatan
tersebut. Secara bergiliran pejabat daerah yang hadir memberangkatkan
napak tilas yang dimeriahkan dengan undian 1 unit sepeda motor
tersebut.
Sebelum dimulai napak tilas, aksi teatrikal yang mengkisahkan gugurnya
perjuangan KH. Nawawi melawan penjajah Belanda disuguhkan Banser Sooko
Mojokerto. Dalam teatrikal tersebut digambarkan KH. Nawawi yang kebal
ditembak akhirnya gugur dengan empat luka tusukan pisau bayonet
tentara belanda tepat di lehernya. Ditempat gugur itulah akhirnya di
buatkan monumen gugurnya KH. Nawawi pada tanggal 22 Agustus 1946 di
Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Sukodono dalam melawan Belanda.
PJ Bupati Sidoarjo Jonathan Judianto merasa bangga digelarnya napak
tilas tersebut. Ia mengatakan kegiatan tersebut sebagai bukti generasi
muda penerus bangsa menghargai jasa-jasa pahlawannya. Ia berharap
napak tilas seperti ini akan menjadi tradisi untuk dilestarikan dan
dikembangkan.
“Saya merasa bangga, kita sebagai generasi penerus bangsa akan terus
melaksanakan dan terus mendharma baktikan hidup kita sebagai mana
leluhur kita yang telah berjasa membangun Indonesia,”ucapnya.
Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo H. Sullamul Hadi Nurmawan mendukung
kegiatan tersebut. Ia mengatakan napak tilas bukan sekedar berjalan
kaki menuju tempat dimakamkannya KH. Nawawi di mojokerto. Namun
kegiatan tersebut sebagai bagian untuk mengenang dan merasakan
bagaimana perjuangan KH. Nawawi dalam mengusir penjajah.
“Napak tilas bukan hanya sekedar berjalan tetapi bagaiman kita bisa
meniru, bagaimana kita bisa merasakan perjuangan beliau melawan
penjajah,”ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut salah satu cicit KH. Nawawi yang juga
anggota DPRD Sidoarjo H. Khulaim Junaedi menceritakan riwayat
perjuangan KH. Nawawi. Ia mengatakan KH. Nawawi yang lahir tahun 1886
di Dusun Les Padangan Desa Terusan Kabupaten Mojokerto merupakan
pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pertamakali di Mojokerto. Saat
remaja KH. Nawawi pernah menjadi santri KH. Hasyim Asyari di Pondok
Pesantren Tebu Ireng Jombang. Selain itu beliau juga pernah menjadi
santri KH. Qosim Siwalan Panji Buduran Sidoarjo serta KH. Sholeh
Mojosari dan KH.Kholil Kademangan Bangkalan.
“Beliau aktif dalam organisasi keagamaan, beliau pendiri NU di
mojokerto pertamakali pada tahun 1928,”ucapnya.
H. Khulaim melanjutkan pada saat revolusi fisik, KH. Nawawi mejabat
sebagai komandan laskar Sabilillah. Beliau turun langsung memimpin
pergerakaan melawan penjajah. Wilayah yang menjadi pergerakannya
meliputi Mojokerto, Kedamean Gresik dan sepanjang serta Sukodono
Sidoarjo.
“Aksinya gugur pada tanggal 22 Agustus tahun 1946 dikeroyok pasukan
Belanda dengan menancapkan 4 tusukan pisau bayonet tepat dileher KH.
Nawawi,”ujarnya.
Masih diceritakan H. Khulaim bahwa di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan
Kecamatan Sukodono inilah KH. Nawawi gugur dalam melawan penjajah.
Jenazahnya kemudian di tandu oleh pasukan laskar Sabilillah menuju
rumah duka di Kelurahan Jagalan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.
Dari rumah duka beliau dimakankan di pemakaman umum Desa Losari
Kecamatan Gedek Kabupaten Mojokerto.
“Pada malam hari inilah kita peringati perjalanan jenazah beliau dari
Desa Plumbungan menuju kekediamannya pada tahun 1946 lalu,”ucapnya. (st-12/git)