SIDOARJO TERKINI
Headline Indeks Pendidikan & Kesehatan Politik & Pemerintahan

Bupati Sidoarjo: Narrative War, Santri Bisa Menjadi Agen Perubahan Bermedsos Positif

 

Foto : Para peserta Ngaji Jurnalistik Santri sedang menerima Materi

(SIDOARJOterkini) – Santri harus membuang jauh-jauh bahwa transformasi ilmu tempatnya identik terbatas di Surau (langgar/musholla) atau Masjid. Di luar sana, Narrative War atau Perang Narasi sedang berlangsung demikian hebat, tak mengenal siapa kawan dan siapa lawan. Perang narasi sedemikian masif terjadi di media sosial. Narasi yang dilontarkan ditelan begitu saja. Telaah dan verifikasi tidak lagi menjadi pegangan. Era sekarang adalah era dimana informasi hoax bertebaran.

Sekarang ini, kata Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor adalah era dimana siapa yang menguasai narasi maka dialah yang memegang kendali, katanya usai membuka kegiatan pelatihan Ngaji Jurnalistik Santri di Pendopo Delta Wibawa pada Rabu, 28 September 2022.

Algoritma media sosial tidak mengidentifikasi sebuah konten itu apakah mengarah pada narasi hoax atau tidak. Filterisasi diserahkan pada publik. Mereka yang lemah dalam literasi akan mudah ditelan narasi negatif dan hoax.

BACA JUGA :  Anggota Koramil 0816/05 Tulangan Berbagi Takjil Kepada Pengguna Jalan

Melihat fenomena seperti ini, Bupati merasa tertantang dengan eksistensi para santri. Ia yakin, santri adalah kader-kader intelektual terbaik untuk bisa menjadi agen perubahan dalam bermedia sosial yang positif (positive sosial media change agent).

Jiwa santri telah dibekali ilmu-ilmu agama serta tauladan dari para Kyai dan guru akan berfungsi menjadi filter informasi baik dan buruk saat menerjunkan diri dalam bermedia sosial.

“Norma sosial dan ilmu kebajikan melekat dalam keseharian mereka (santri). Inilah kekuatan yang bisa menjadi panglima dalam menghadapi narrative war atau perang narasi di media sosial,” ujar Gus Muhdlor. Kamis, 29 September 2022.

BACA JUGA :  Tragis, Kecelakaan Libatkan Motor dan Dump Truk di Jalan Sidorejo Krian, 1 Orang Tewas

Santri milenial (sebutan santri era digital) menurut Bupati harus memiliki bekal ilmu jurnalistik, ilmu membuat narasi yang baik yang setiap kata memiliki makna yang bisa mempengaruhi publik. Secara literasi, santri sudah terbiasa berhadapan dengan tumpukan kitab, hanya saja untuk menyebarkan ilmu itu dibutuhkan kemampuan merangkai tulisan menjadi sebuah narasi.

Pelatihan jurnalistik oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidoarjo diapresiasi Bupati Muhdlor. Belasan santri dari berbagai pondok pesantren di Sidoarjo menimba ilmu literasi media dari anggota PWI yang diketuai oleh Mustain, wartawan Harian Bangsa itu diharapkan menjadi trigger bangkitnya kekuatan santri sebagai agen perubahan dalam bermedia sosial yang positif.

BACA JUGA :  Danramil 0816/08 Jabon Bersama Dinkes Sidoarjo Lakukan Sidak Mamin untuk Berbuka Puasa di Pasar

“Kolaborasi dan sinergi ini sangat bagus dan memberikan dampak luas bagi sudut pandang santri terhadap pentingnya menguasai kemampuan membuat sebuah narasi dalam bermedia sosial,” terang bupati alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri itu.

Ia minta pelatihan serupa dilanjutkan di pondok pesantren-pondok pesantren lainnya. Program pelatihan jurnalistik, lanjut bupati bisa menjadi program Pemkab Sidoarjo melalui Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai leading sektor pengelolaan informasi publik yang bisa memperkuat program tersebut sebagai counter attack terhadap informasi negatif dan informasi hoax yang berpotensi membahayakan generasi bangsa.

“Ini penting, narasi dilawan dengan narasi. Oleh sebab itu literasi harus kuat dan narasi harus cerdas dalam melawan hoax dan informasi negatif,” pungkasnya. (cles).