(SIDOARJOterkini) – Sistem zonasi yang mulai dijalankan sejak tahun 2016 lalu, merupakan reformasi yang dilakukan pemerintah sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Namun, peningkatan kualitas pendidikan tersebut belum bisa dirasakan sekolah yang berada kawasan pinggiran. Bahkan terlihat adanya kesenjangan pada fasilitas pendidikan.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Jabon misalnya, sekolah yang berada di daerah paling pinggir Kabupaten Sidoarjo, sudah sejak tahun 2019 membangun Musala dan hingga kini belum bisa diselesaikan pengerjaannya karena faktor pendanaan.
“Sampai saat ini terhenti pembangunannya, karena keterbatasan dana,”ungkap Nurul Huda Kepala Sekolah SMPN 2 Jabon saat ditemui SIDOARJOterkini.com, Kamis 20 Mei 2021.
Dikatakan Nurul Huda, Musala yang merupakan sarana tempat ibadah siswa juga menjadi fasilitas penunjang dalam pelajaran agama dibangun dengan mengandalkan dana swadaya dari guru dan wali peserta didik.
“Karena itu, pembangunannya tersendat padahal keberadaan Musala ini sangat penting untuk menunjang pelajaran agama siswa,”keluhnya.
Menurutnya, penerapan sistem zonasi sangat berpengaruh pada pembangunan fasilitas sekolah. Pihak Dinas Pendidikan terkesan mengabaikan pembangunan sarana fasilitas pendidikan pada sekolah yang berada di kawasan pinggiran.
“Seharusnya ada pemerataan pembangunan fasilitas sekolah, jangan hanya sekolah favorit saja yang diperhatikan,”ucapnya.
Selain pembangunan Musala, SMPN 2 Jabon juga akan melakukan rehab ruang kelas yang pembangunannya juga mengandalkan dana swadaya.
“Siswa butuh ruang kelas yang nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar,”tuturnya.
Dirinya berharap, pihak Pemkab Sidoarjo lebih memperhatikan sarana yang ada di sekolah pinggiran dan tidak tebang pilih dalam melakukan pembangunan sekolahan, sehingga pemerataan pembangunan bisa dirasakan oleh semuanya.(nic/cles)