(GEDANGANterkini) – Pastikan soal Ujian Nasional aman, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhajir Effendi menggelar Inspeksi Mendadak (Sidak) di percetakan PT. Jasuindo Tiga Perkasa, Jl Raya Betro, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Selasa (28/02/2017).
Mendikbud, Muhajir Effendi yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Saiful Rachman mengatakan, Sidak kali ini hanya untuk melihat kesiapan naskah Unas yang berlangsung pada bulan April mendatang. “Beberapa persen naskah sudah siap. Bahkan beberapa naskah Unas SMA/SMK sudah ada yang didistribusikan ke beberapa Propinsi masing-masing,” katanya.
Untuk menghindari masalah kelebihan naskah sampai keterlambatan, lanjut Muhajir, setiap percetakan hanya diperbolehkan mengcover 6 Propinsi saja. Seperti di Sidoarjo yakni, Provinsi Jawa Timur, Banten, Papua Barat, Papua, Maluku, dan Maluku Utara.
“Perubahan sistem tahun ini, percetakan naskah Unas disebar diseluruh Indonesia. Satu percetakan hanya bisa mengcover 6 Propinsi saja, untuk menghindari masalah-masalah seperti kesalahan, keterlambatan dan overload,” terangnya.
Dirinya juga menambahkan bahwa naskah cetak sudah berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Karena, dibeberapa Kabupaten/Kota, sudah banyak yang melakukan Unas dengan sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). “Untuk naskah cetak ditahun ini sudah turun sampai 60 hingga 70 persen,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa menurut intruksi Presiden Ir. H. Joko Widodo agar sebelum dilaksanakan Unas, peserta didik diwajibkan untuk mengikuti Ujian Nasional Berstandart Nasional (UNBN) yang mana pelaksanaannya tidak jauh beda dengan Ujian Nasional.
“Hanya saja, soal ujiannya ditentukan oleh asosiasi guru mata pelajaran yaitu Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di masing-masing zona. Namun pengawasannya tetap sama seperti Ujian Nasional, soalnya saja yang berbeda, akan tetapi standartnya sama seperti memakai kisi-kisi,” terangnya.
Sesuai intruksi Presiden tersebut, pihaknya akan memberlakukan ketentuan itu ditahun ini. Dengan harapan UNBN yang dilakukan sebelum Ujian Nasional (Unas) bisa berjalan. “Ujiannya sama, yakni menggunakan komputer untuk pemanasan. Jadi secara tidak langsung, sekolah yang menggunakan sistem UNBK juga menggunakan komputer untuk UNBN,” katanya.
Oleh karena itu, Muhajir berharap, ditahun 2018 sudah 90 persen semua sekolah menggunakan ujian berbasis komputer. “Karena tingkat keamanannya, tingkat integritasnya bisa terjamin dari pada menggunakan kertas dan juga paling tidak lebih efisien, hemat dan pendistribusian tidak merepotkan. Kecuali wilayah-wilayah yang tidak memungkinkan menggunakan UNBK,” pungkasnya.(alf)