SIDOARJO – Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Sidoarjo dan Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Jaringan Hukum (Wajah) Sidoarjo, Jawa Timur, melakukan kegiatan safari religi dengan ziarah ke makam Bupati pertama dan para tokoh ulama sesepuh di Kabupaten Sidoarjo.
Diantara makam yang dizirahi makam Raden Adipati Tjondronegoro, Bupati pertama dilanjutkan ke makam Mbah Syamsuddin yang terletak di Desa Daleman.
Berikutnya, ke makam Mbah Ahmad Maulana bin Muhammad al Maghribi di Desa Celep dan terakhir di makam KH Ali Mas’ud bin Said bin Zarkasi atau yang terkenal persarean Mbah Ud didesa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo.
Safari religi dengan ziarah ke makam para leluhur Kota Delta ini untuk mengingat dan meneladani keempat tokoh tersebut. Hal itu karena saat mereka semasa hidupnya adalah orang hebat yang penuh karomah dan penuh teladan baik.
“Kami ingin meneladani keempat tokoh ini, mereka adalah orang orang hebat dikabupaten Sidoarjo” kata Ketua Pokja Wajah, Nanang Ichwan, Rabu (21/2/2018).
Sementara itu, H Makin Rachmat selaku pengiat sejarah di Kabupaten Sidoarjo menjelaskan jika Mbah Jimat atau RAP Tjondronegoro merupakan Bupati Sidoarjo yg merakyat dan inisiator pembangunan masjid Agung Sidoarjo setelah mendapat petunjuk dari ulama kharismatik juga disebut wali Syech Syamsuddin, makamnya terletak di Desa Daleman.
Kisah dari sesepuh Sidoarjo, bahwa berawal dari sayembara hilangnya cincin putri Adipati (Bupati) di air sumber alun-alun akhirnya bisa ditemukan mbah Syamsuddin.
Dia hanya meminta dibangunkan tetenger jalan lurus berupa masjid, belok kanan belum tentu benar berupa rumah sakit (sekarang gedung DPRD), jalan belok kiri belum tentu salah dibangun penjara.
“Itulah simbol-simbol yang seharusnya dipahami generasi now supaya tidak bisa melupakan jasa leluhur. Mereka dengan bahasa ‘sanepo’ tapi memberikan pelajaran. Ya, jangan pernah melupakan sejarah (jasmerah),” jelas Makin Rahmat.
Sedangkan mbah Maulana, papar pria yang juga pembina Pokja Wajah Sidoarjo ini merupakan ulama pengembara yg mbabat tanah wilayah pesisir pantai Sidoarjo. Ketika memutuskan menetap di Desa Celep, dengan sebutan Celep Tunjungan.
“Dulu, saat memugar cungkup masih ditemukan bata ukuran besar, diperkirakan masa Walisongo. Jadi, memang ada tugas syiar yang dilakukan para ulama dan umat,” paparnya.
Sementara sejarah Mbah Ud, dia dikenal sebagai Menteri Keuangan para Wali memang diberikan kelebihan sejak kecil mengenai agama islam.
“Mbah Ud kewalianya sudah teruji di bumi Jawa, sudah diakui para kyai besar,” tegas Makin Rahmat yang juga jurnalis senior ini.
Sementara itu, Kajari Sidoarjo Budi Handaka yang didampingi anak pertamanya Kevin menuturkan jika kegiatan safari religi ini penting untuk mengingat kehidupan pasti ada kematian.
“Dengan ziarah ke makam para tokoh ulama ini maka kita akan mengingat mati, maka pada saat hidup mari berbuat yang baik dan meneladani sifat serta sikap keempat tokoh ini” ungkapnya.
Mantan Aspidum Kejati NTT ini berharap kegiatan safari religi ini bisa menjadi refleksi atas nilai nilai perjuangan para tokoh tersebut. Sehingga dengan mengingat mereka, maka kita bisa meneruskan perjuangan keempat tokoh ini.
“Yang paling penting, bagaimana kita bisa meneruskan kontribusi pengabdian beliau (keempat tokoh red) saat ini, untuk menjaga keamanan, kemakmuran masyarakat Sidoarjo,” pungkas Budi Handaka. (alf)