SIDOARJO TERKINI
Headline Indeks Politik & Pemerintahan

Peluncuran BRT Terkesan Dipaksakan

image

(CANDIterkini)- Bus Rapid Transit (BRT) akhirnya beroperasi, Senin (21/9/2016). Peresmian bus ini bertepatan Hari Perhubungan Nasional.

Peluncuran bus itu menimbulkan masalah di kalangan sopir angkot. Karena dikhawatirkan keberadaannya akan mengurangi penumpang angkot.

Namun, Bupati Saiful Ilah yakin jika bus itu tidak akan mengganggu penumpang angkot. Hal ini ditegaskan bupati yang bersama Wakil Bupati Hadi Sutjipto secara seremonial memberangkatkan bus tersebut.

Bahkan, Saiful Ilah berdalih jika bus itu dipersembahkan untuk warga Sidoarjo. Terutama untuk anak-anak sekolah agar tidak mengendarai sepeda motor,” ujarnya.

Saiful menegaskan BRT terus dievaluasi tiap bulan. Dishub sendiri mengujicobakan BRT selama 3 bulan.”Tiap bulan pasti evaluasi. Tapi Insyallah nermanfaat bagi warga Sidoarjo,” tandasnya.

BACA JUGA :  Masyarakat Keluhkan Sulitnya Urus Perpajakan di BPPD Sidoarjo, Ada Apa?

Tarif BRT jauh dekat Rp 5000 dan dilengkapi AC. Hari pertama gratis dan selanjutnya bayar. Tarih jauh dekat sama, membuat penumpang yang naik diperkirakan banyak yang rute panjang Porong-Purabaya. Sebab, jika naik bus jarak dekat dengan tarif 5000 terlalu mahal.

Sayangnya, peluncuran BRT itu terkesan dipaksakan. Hal ini terlihat dari klaim Dishub jika uji coba bus hibah bantuan dari Kementerian Perhubungan ini tuntas 100 persen, termasuk awak dan halte bus. “Kalau sopir dan kondektur sudah terlatih karena dari Damri,” ujar Kepala Dishub Joko Santosa.

BACA JUGA :  Persiapan Jembatan Bailey di Kedungpeluk Semakin Matang, Warga Desa Lega

Namun, di sepanjang rute bus itu masih banyak kekurangan. Terutama di halte tempat menaikkan dan menurunkan penumpang.

Lihat saja di halte Taman Pinang, Jalan Pahlawan Lemahputro, Ngaban, Ngampelsari dan Larangan.
Pintu sebagian besar halte ini telah dibuka. Namun ada juga yang masih tertutup.

Ada tiga halte yang tidak berfungsi. Yakni, Halte Ngaban, di Kecamatan Candi Selain pintu masih terutup, area halte ini dijadikan berjualan kambing.

BACA JUGA :  Gudang Thinner Pabrik Cat Avian Buduran Terbakar, 12 Unit Mobil Damkar Diterjunkan

Kemudian halte Ngampelsari, Tanggulangin. Halte ini tak bisa berfungsi sama sekali. Aarea masuk ke halte terutup materian pengerjaan proyek.

Sedangkan halte di Pondok Mutiara. Halte yang ditengarai salah bangun itu juga belum dilengkapi tangga portabel.
Pasalnya, separoh bangunan halte berada di dalam taman sehingga tidak mungkin dilewati bus berukuran besar.

Demikian pula di Terminal Purabaya, Dishub Sidoarjo terpaksa membuat tangga portabel karena tidak punya halte sendiri di terminal Purabaya. Bus terpaksa harus menaikkan dan menurunkan penumpang di depan terminal yang dikelola Pemkot Surabaya itu. (st-12)